Minggu, 17 November 2013

Ada Kekuatan Politik Merusak Perbankan Islam


Hidayatullah.com—Meski saat dunia perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan namun sebagian kalangan masih menilai perkembangannya sangat lambat. Hal ini salah satunya disebabkan masih adanya stigma negatif tentang bank syariah. Stigma itu antara lain bank syari’ah hanya untuk umat Islam. Selain itu, kesan mengutang ke bank syari’ah di anggap lebih mahal cicilan nya  dari pada di bank konvensional.

Demikian diungkapkan Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Dr.Nurul Huda, SE, MM, MSi saat menjadi pembicara seminar  nasional di Universitas Islam Bandung (Unisba), Sabtu (21/09/2013).

Nuru Huda menambahkan stigma tersebut masih diperparah dengan anggapan bahwa bank syariah tidak murni syariah karena masih dimiliki oleh bank konvensional hingga disinyalir dana bank syariah bercampur dengan riba dari induknya tersebut.
“Itulah salah satu sebab mengapa perbankan syariah sulit berkembang, ironisnya orang kita (Islam)juga yang menyebarluaskan stigma negatif tersebut,” keluhnya.

Nurul Huda menambahkan  sesungguhnya saat ini sistem keuangan Islam yang murni  (bebas riba) sesungguhnya sedang dicegah karena dianggap ancaman besar bagi sistem ekonomi kapitalis bukan hanya perbankan saja. Sehingga ada upaya pihak luar yang mengembangkan praktik keuangan yang dikembangkan perbankan Islam bukan menjauhkan umat muslim dari riba, sebaliknya, justru umat tetap berada dalam kungkungan riba.

“Mengapa bank-bank berbasis bunga terbesar di dunia mempromosikan perbankan dan keuangan Islam sebegitu gencarnya? Ada institusi dan kekuatan politik berkuasa yang sedang mengorupsi nama Islam. Wujudnya, mereka mengembangkan berbagai instrumen dan kerangka kerja keuangan berbasis bunga (riba) namun mengatakannya kepada  publik sebagai contoh praktik keuangan Islam,” jelas Nurul Huda yang juga dosen pascasarjana UI tersebut.

Stigma negatif tersebut,imbuhnya, masih  diperparah dengan adanya ungkapan bahwa  Sumber Daya Manusia (SDM) di perbankan syari’ah atau bankir syari’ah belum berkualitas sebab masih ada dari mereka yang menjalankan pola pikir atau kerja banker konvensional.
Sehingga timbul persepsi bahwa bank syariah dan konvensional sama  saja. Padahal, jelasnya,perbedaannya sangat jauh baik prinsip maupun prakteknya.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar