Hidayatullah.com—Meski saat dunia perbankan syariah di
Indonesia mengalami kemajuan namun sebagian kalangan masih menilai
perkembangannya sangat lambat. Hal ini salah satunya disebabkan masih adanya
stigma negatif tentang bank syariah. Stigma itu antara lain bank syari’ah hanya
untuk umat Islam. Selain itu, kesan mengutang ke bank syari’ah di anggap lebih
mahal cicilan nya dari pada di bank konvensional.
Demikian
diungkapkan Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Dr.Nurul Huda, SE, MM, MSi
saat menjadi pembicara seminar nasional di Universitas Islam Bandung
(Unisba), Sabtu (21/09/2013).
Nuru Huda
menambahkan stigma tersebut masih diperparah dengan anggapan bahwa bank syariah
tidak murni syariah karena masih dimiliki oleh bank konvensional hingga
disinyalir dana bank syariah bercampur dengan riba dari induknya tersebut.
“Itulah
salah satu sebab mengapa perbankan syariah sulit berkembang, ironisnya orang
kita (Islam)juga yang menyebarluaskan stigma negatif tersebut,” keluhnya.
Nurul Huda
menambahkan sesungguhnya saat ini sistem keuangan Islam yang murni
(bebas riba) sesungguhnya sedang dicegah karena dianggap ancaman besar bagi
sistem ekonomi kapitalis bukan hanya perbankan saja. Sehingga ada upaya pihak
luar yang mengembangkan praktik keuangan yang dikembangkan perbankan Islam
bukan menjauhkan umat muslim dari riba, sebaliknya, justru umat tetap berada
dalam kungkungan riba.
“Mengapa
bank-bank berbasis bunga terbesar di dunia mempromosikan perbankan dan keuangan
Islam sebegitu gencarnya? Ada institusi dan kekuatan politik berkuasa yang
sedang mengorupsi nama Islam. Wujudnya, mereka mengembangkan berbagai instrumen
dan kerangka kerja keuangan berbasis bunga (riba) namun mengatakannya
kepada publik sebagai contoh praktik keuangan Islam,” jelas Nurul Huda
yang juga dosen pascasarjana UI tersebut.
Stigma
negatif tersebut,imbuhnya, masih diperparah dengan adanya ungkapan
bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) di perbankan syari’ah atau bankir
syari’ah belum berkualitas sebab masih ada dari mereka yang menjalankan pola
pikir atau kerja banker konvensional.
Sehingga
timbul persepsi bahwa bank syariah dan konvensional sama saja. Padahal,
jelasnya,perbedaannya sangat jauh baik prinsip maupun prakteknya.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar